Pasalnya, kalau itu diberikan akan serba salah. Karena itu memberikan stimulus untuk meningkatkan harga tembakau. Yang harus dilakukan negara adalah menyiapkan para petani tembakau untuk beralih ke pekerjaan lain atau menanam tanaman lain.
“Terutama bagi pemerintah, jalan terbaik adalah menyiapkan generasi muda petani tembakau bermigrasi ke usaha lain,” ungkapnya.
Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet melihat ada dua penyebab utama menurunnya kinerja rokok di Indonesia, yakni maraknya rokok ilegal dan meningkatnya konsumsi rokok elektrik yang belum diatur secara ketat.
“Kita melihat bahwa kenaikan tarif cukai dalam beberapa tahun terakhir cukup agresif, dan ini memang sejalan dengan agenda pengendalian konsumsi. Namun, tanpa penegakan hukum yang kuat dan sistem pengawasan distribusi yang solid, ruang gelap justru makin lebar,” kata Rendy.
Ia melihat bahwa rokok ilegal masuk dengan harga lebih murah, tanpa beban cukai cukup menggerus pangsa pasar produk legal.
Sementara itu, di sisi lain, rokok elektrik menjamur dengan penetrasi yang tinggi, terutama di kalangan anak muda. Akibatnya, pabrikan rokok konvensional seperti Gudang Garam terdampak yakni kehilangan pasar.
“Dampak kondisi ini juga menjalar ke hulu. Petani tembakau, meskipun umumnya tidak hanya menanam tembakau, ikut terdampak akibat berkurangnya serapan dari industri. Sebagian besar petani tembakau memang merupakan petani campuran yang juga menanam komoditas lain,” jelas Rendy.
Senada, Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus menekankan penyebab turunnya industri rokok bukan keberhasilan pemerintah melainkan banyak faktor lain. Misalnya, banyak yang pindah ke rokok yang lebih murah.