Oleh: Ima Siti Fatimah*
PADA tahun 2025, Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang berat, terutama bagi kelas menengah yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Penurunan jumlah kelas menengah yang signifikan, disertai dengan kenaikan harga barang kebutuhan pokok dan ketidakpastian ekonomi global, menjadikan kelompok ini semakin rentan. Banyak yang terpaksa terperosok ke kelas bawah, sementara perusahaan dan pemerintah harus segera menemukan solusi untuk mencegah kehancuran lebih lanjut dari pilar ekonomi yang satu ini.
Penurunan Kelas Menengah: Dampak Krisis Ekonomi Global
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia pada tahun 2024 turun drastis menjadi 47,85 juta jiwa atau 17,13% dari total populasi. Ini menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2019, yang mencatatkan jumlah kelas menengah sebesar 57,33 juta jiwa. Faktor penyebab utama penurunan ini meliputi inflasi yang tinggi, kenaikan biaya kebutuhan pokok, penurunan daya beli, serta pemutusan hubungan kerja (PHK) yang kian meningkat.
Tantangan Ekonomi yang Dihadapi:
1. Deflasi dan Inflasi: Deflasi yang terjadi pada awal tahun 2025 menciptakan ketidakpastian dalam daya beli masyarakat. Di sisi lain, inflasi harga barang kebutuhan pokok semakin memperburuk kondisi, menyebabkan kelas menengah kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.
2. Depresiasi Rupiah: Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS semakin memperburuk kondisi ekonomi, karena mayoritas bahan baku industri diimpor, terutama di sektor elektronik dan manufaktur.