“Mungkin saya belum bisa kasih saran yang bagus, tapi saya ingin mengucapkan terima kasih atas kerja keras dan perhatiannya ke kami para pelajar,” ujar Geoffibad.

Senada dengan Geoffibad, Aurora (18), siswi SMA di Depok, juga menyatakan ketidaksetujuannya terhadap rencana masuk sekolah jam 06.30 pagi. Menurutnya, waktu pagi justru penting untuk mempersiapkan diri sebelum belajar dan menghabiskan waktu dengan keluarga sebelum berangkat.

“Soalnya waktu pagi bisa dipake buat sarapan bareng keluarga, terus kadang belajar juga pagi-pagi sebelum masuk karena belajar pagi itu bagus, otak masih seger. Jadi materi gampang masuk,” jelas Aurora.

Aurora biasanya bangun pukul 05.00 pagi dan menempuh perjalanan sekitar 15 menit menuju sekolah. Namun, ia mengaku masih sering kesulitan untuk bangun pagi.

“Saya kadang susah bangun. Jadi biasanya saya sudah sering terlambat, takutnya tiap hari jadi makin sering telat,” ungkapnya.

Jika kebijakan itu benar diterapkan, Aurora memperkirakan banyak siswa akan terlambat dan kesulitan menyerap pelajaran. Ia pun menyarankan agar jadwal sekolah tidak dimajukan terlalu drastis.

“Pada telat terus, pada ngantuk di kelas jadi enggak ngerti pelajaran,” tutupnya.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menerapkan kebijakan memulai sekolah pukul 06.30 WIB. Menurut Dedi, kebijakan tersebut sejalan dengan upaya membentuk kedisiplinan dan rencana menjadikan Sabtu sebagai hari libur bagi pelajar.

(kay/isn)