Jet tempur Israel dilaporkan menghantam berbagai target militer, termasuk situs produksi rudal dan fasilitas penelitian yang dituding terkait pengembangan senjata nuklir.
Iran membalas dengan rudal ke wilayah Israel, termasuk kota Haifa dan Beersheba.
Konflik yang menyasar sejumlah titik sensitif, termasuk wilayah dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr, turut memicu kekhawatiran badan internasional.
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi memperingatkan bahwa serangan ke fasilitas nuklir bisa menimbulkan bencana besar.
“Serangan bersenjata terhadap fasilitas nuklir dapat menyebabkan pelepasan radioaktif dengan konsekuensi besar bagi wilayah yang lebih luas,” ujarnya dalam rapat Dewan Keamanan PBB.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan konflik ini bisa “menyalakan api yang tak bisa dikendalikan siapa pun”, dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri.
Seruan serupa datang dari Rusia dan China yang meminta deeskalasi segera meski seruan-seruan tersebut belum menghasilkan respons konkret.
Iran tetap melakukan serangan balasan dengan rudal jarak jauh dan drone ke sasaran militer Israel. Di sisi lain, Israel menyatakan tidak akan menghentikan operasi militer hingga “ancaman nuklir Iran dihancurkan.”
Data dari Human Rights Activists News Agency (HRANA) menyebutkan sedikitnya 639 orang tewas di Iran akibat serangan Israel. Di pihak Israel, otoritas menyebut 24 warga sipil tewas akibat serangan rudal Iran. Jumlah korban ini belum dapat diverifikasi secara independen.