Di sisi lain, labilitas atmosfer skala lokal, baik dari interaksi angin darat/laut maupun dari faktor geografis lainnya, turut memperkuat proses konvektif di wilayah selatan Indonesia.
Faktor-faktor tersebut, diperkuat dengan kondisi atmosfer yang relatif basah, dinamika tropis dan topografi di masing-masing wilayah, dapat menyebabkan hujan lokal dengan intensitas sedang hingga lebat pada siang hingga sore hari yang disertai kilat/petir yang tidak merata dengan waktu singkat,” ujar BMKG.
Namun demikian, dalam periode sepekan ke depan, BMKG juga mengungkap bahwa Indeks Monsun Australia diprediksi menguat, yang mengindikasikan aliran udara kering dari Australia memasuki wilayah Indonesia dan dapat menyebabkan pengurangan hujan, khususnya di wilayah Indonesia bagian Selatan.
Hal ini juga mengindikasikan terjadinya perluasan wilayah yang memasuki musim kemarau pada pekan kedua bulan Juni.