Dengan pendekatan gizi seimbang dan berbasis lokal ini, dapur MBG bukan hanya memberi makan, tetapi juga mengedukasi. Albertina menyampaikan, pola konsumsi yang terbentuk dari dapur MBG bisa jadi panutan bagi rumah tangga.
“Semoga dengan ini juga, orang tua lebih membuka pola pikir mereka, di mana mereka ‘oh, ternyata makanan yang baik untuk anak saya itu seperti ini dan seperti itu’,” ujar Albertina.
Kegiatan dapur MBG di Tambolaka turut membuka lapangan kerja dengan melibatkan masyarakat luas. Para petani lokal hingga ibu rumah tangga kini terlibat dalam produksi dan distribusi makanan MBG.
Menurut Albertina, selain menekan angka stunting, program ini juga memberdayakan masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja.
“Kesan dan pesan saya, semoga kegiatan ini program dari Pak Presiden ini berlangsung karena sangat banyak dampak positif yang kita dapat, contohnya juga buat kami tenaga gizi yang masih menganggur, terus akuntansi yang masih menganggur, untuk masyarakat yang luas contohnya untuk ibu-ibu mereka yang belum ada pekerjaan, jadi mereka bisa bekerja di dapur,” tuturnya.
Pendekatan menyeluruh dari hulu ke hilir dalam program MBG di Tambolaka menjadi contoh konkret bahwa kebijakan pangan bisa menyatu dengan misi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.