Berjam-jam scrolling media sosial terbukti berdampak negatif pada kesehatan mental. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan potensial antara kebiasaan scrolling tanpa henti dan gejala ADHD, depresi, kecemasan, serta kurang tidur.

Lars Silberbauer, Chief Marketing Officer Nokia Phones dan HMD Global, mengatakan bahwa meningkatnya penggunaan dumbphone menandakan kesadaran yang semakin tumbuh di kalangan remaja tentang dampak teknologi terhadap kesehatan mental mereka.

“Dari penelitian, kita dapat melihat bahwa generasi muda mengalami masalah kesehatan mental, sehingga mereka memilih untuk menjauhi media sosial,” kata Silberbauer pada April 2023 lalu, melansir Euronews.

Selain itu, dumbphone muncul atas kecurigaan Gen Z terhadap teknologi yang memanen data dan perhatian mereka. Kekhawatiran tersebut telah mendorong budaya retro yang terlihat pada kebangkitan piringan hitam, kaset, majalah, video game 8-bit, hingga telepon genggam jadul.

“Saya selalu benci harus selalu ada untuk semua orang,” kata Rana Ali, dikutip dari The Guardian.

Pergerakan offlining atau minimalis digital juga terlihat pada penurunan penggunaan media sosial oleh Gen Z. Menurut lembaga riset GWI, mereka adalah satu-satunya generasi yang rentang waktu di media sosialnya menurun sejak 2021.

Gen Z tumbuh dalam dunia yang sepenuhnya digital, tapi semakin banyak juga yang ikut serta dalam digital detox. Mereka berharap dapat membatasi penggunaan media sosial dengan mengurangi penggunaan smartphone.

Melansir Newsweek, Jumat (23/5), banyak pelaku detoksifikasi digital melaporkan bahwa mengurangi waktu di depan layar membuat mereka lebih produktif. Mengurangi waktu di depan layar dapat secara dramatis meningkatkan rentang perhatian dan juga dapat mendorong orang-orang yang sedang offline untuk memprioritaskan hubungan di dunia nyata.