Jakarta — Operasi Rising LionĀ Israel terhadapĀ Iran yang diluncurkan pada Jumat (13/6) bukanlah serangan besar pertama Tel Aviv ke Teheran.

Pada 2024, Israel beberapa kali menyerang Iran, yang juga menargetkan sistem pertahanan udara dan situs nuklir Teheran.

Pada 19 April 2024, Israel meluncurkan serangan ke fasilitas pertahanan udara Iran di dekat kota Isfahan. Serangan itu merupakan balasan atas gempuran Iran pada 13 April, yang meluncurkan ratusan drone dan rudal balistik ke Israel sebagai respons atas serangan Zionis ke Kedubes Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April.

Serangan Israel pada 19 April ini berhasil merusak baterai rudal permukaan-ke-udara milik Iran. Meski begitu, tidak ada kerusakan besar pada pangkalan rudal itu sendiri.

Serangan Israel ke Kedubes Iran di Damaskus sendiri menewaskan 16 orang, termasuk Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi, komandan senior pasukan Quds dari Garda Revolusi Islam Iran (IRGC). Serangan itu juga menewaskan tujuh pejabat IRGC.

Iran marah besar saat itu. Oleh karenanya, Teheran meluncurkan 170 drone dan lebih dari 120 rudal balistik dalam operasi bertajuk Operation True Promise ke Negeri Zionis dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Pada 26 Oktober 2024, Israel juga pernah meluncurkan Operation Days of Repentance ke 20 lokasi Iran dan sejumlah wilayah di Irak serta Suriah. Operasi ini merupakan yang terbesar di Iran sejak Perang Iran-Irak pada 1980-an.

Tel Aviv mengeklaim operasi ini balasan atas serangan Iran ke Israel pada 1 Oktober 2024. Dalam operasi ini, Israel melancarkan tiga gelombang serangan menggunakan lebih dari 100 jet tempur, termasuk F-35 Lightning II buatan Amerika Serikat.