Teranyar, Indonesia takluk 1-2 saat tandang ke markas China. Lantas, bisakah Emil mematahkan ‘kutukan’ kiper Timnas pasti kebobolan saat debut dan tak bisa menang atas China?
Potensi meraih kemenangan tanpa kebobolan sangat besar. Tinggal bagaimana ‘revolusi’ strategi rancangan Patrick Kluivert dan para asistennya berjalan di pertandingan itu.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Sebelum dan sesudah kekalahan dari China pada Oktober tahun lalu, ada isu egosentrisme di antara pemain Timnas Indonesia. Dua kutub gaya beradu busung dada.
Kini, isu itu telah redup. Harmonisme tampak terbangun. Foto dan penggalan video selama sepekan pemusatan latihan di Bali memperlihatkan adanya chemistry. Semoga itu bukan ilusi.
Dalam kamus psikologi, ego merupakan sifat bawaan individu; kepribadian. Setiap orang punya ego. Apalagi atlet. Mereka punya ego yang besar. Itulah musuh utama mereka. Diri sendiri.
Perihal ego ini perlu jadi catatan menjelang laga melawan China. Jika diabaikan dan dibiarkan, ia bisa menjadi benalu. Dampaknya, permainan Timnas jadi kurang maksimal.
Untuk laga kali ini, kualitas pemain Indonesia wajar saja disebut lebih baik, tetapi kolektivitasnya belum tentu. China mungkin berisi kumpulan pemain biasa saja, tapi bisa jadi lebih solid.
Bagaimana konsep permainan Indonesia saat dibantai Australia dan seperti apa pragmatisme Kluivert saat menang atas Bahrain, menunjukkan adanya ego di kepala yang mulai mencair.
Ibu bukan soal siapa dan apa. Ini soal Timnas Indonesia. Tim sepak bola sebuah bangsa yang diakselerasi federasi sepak bolanya (PSSI) untuk tampil di Piala Dunia 2026.