Jakarta — Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) mengaku masih melakukan kajian Satelit Republik Indonesia-2 (SATRIA-2) atau satelit tambahan untuk menopang SATRIA-1.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menjelaskan meski saat ini SATRIA-1 masih memiliki kapabilitas yang cukup untuk melayani daerah-daerah yang tak tersentuh konektivitas digital namun potensi terkait penggunaan teknologi untuk SATRIA-2 masih terus digodok.

“Jadi untuk saat ini (kapasitas SATRIA-1) masih cukup, namun kemungkinan potensi untuk SATRIA-2 itu ya masih dalam kajian-kajian, ini terus kita kaji,” kata Meutya di Ruang Pers Kemkomdigi, Jakarta, Kamis (6/6) dikutip dari Antara.

Menurutnya, apabila sebelumnya pemerintah hanya mempertimbangkan teknologi satelit geostasioner (GEO) seperti yang digunakan di SATRIA-1, kini pemerintah mulai mengkaji kemungkinan SATRIA-2 menggunakan teknologi lain yang cukup banyak digunakan pelaku industri seperti satelit Low Earth Orbit(LEO).





Menurutnya tidak menutup kemungkinan juga bahwa kedua teknologi satelit itu bisa dipadukan, mengingat kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan maka cakupan berbagai teknologi dibutuhkan untuk mendukung pemerataan konektivitas.

“Pada prinsipnya dengan model Indonesia yang kepulauan, itu dugaan saya akan membutuhkan kombinasi dari berbagai macam pendekatan ini. Jadi ada satelit GEO, ada satelit LEO, dan sebagainya. Gak bisa pilih hanya ini atau hanya yang satunya,” ucap Meutya.