3. Bahan lateks atau karet
Getah pohon karet biasanya digunakan untuk pembuatan sarung tangan, kondom, penghapus, dan barang-barang elastis lainnya.
Tapi hati-hati, beberapa orang alergi terhadap lateks. Gejalanya bisa muncul dalam skala ringan hingga parah yang memicu kesulitan bernapas.
4. Pakaian
Ruam juga bisa muncul usai mengenakan pakaian tertentu. Anda juga bisa saja mengalami reaksi setelah mencoba pakaian baru.
Pemicunya bisa berupa pewarna atau bahan kimia lain yang digunakan dalam mengolah kain.
Untuk menghindari reaksi, cuci pakaian baru terlebih dahulu sebelum dipakai. Atau, mulai coba beralih menggunakan pakaian berbahan kain organik.
5. Bahan pengawet
Bahan kimia yang disebut pelepas formaldehida dan paraben membuat produk kecantikan tahan lama.
Pada label kemasan, bahan ini biasanya disebut dengan nama bromonitropropana, diazolidinyl urea, isothiazolinone, PABA, dan quaternium-15. Senyawa-senyawa ini biasanya ditemukan dalam sampo, tabir surya, losion, pelembap, hingga pewarna rambut.
Senyawa di atas bisa memicu alergi pada kulit.
6. Pewangi
Tak cuma parfum, beberapa produk skincare dan kebersihan rumah tangga juga identik dengan zat pewangi.
Sayangnya, sulit untuk menentukan alergi terhadap wewangian tertentu. Pasalnya, banyak bahan tidak tertulis pada label kemasan.
7. Obat-obatan
Beberapa obat krim dan salep yang dijual bebas bisa memperburuk masalah kulit. Beberapa bahan obat yang kerap memicu alergi di antaranya basitrasin, benzokain, difenhidramin, hidrokortison, dan neomisin.