Rekonstruksi

Philippe Crombé, seorang arkeolog di universitas yang menjadi bagian dari tim penelitian, mengatakan bahwa warna kulit wanita purba tersebut “sedikit mengejutkan,” tetapi ada kelompok orang Mesolitikum yang terbatas yang dapat digunakan sebagai pembanding.

“Semua individu yang sejauh ini dianalisis pada DNA kuno di Eropa Barat berasal dari kelompok genetik yang sama,” katanya.

“Jadi ini sedikit mengejutkan, tapi di sisi lain, diharapkan bahwa di wilayah Eropa Barat yang luas ada beberapa variabilitas, seperti yang ada saat ini,” lanjutnya.

Crombé menyebut tidak ada cara untuk melakukan penelitian terhadap DNA purba ketika sisa-sisa jasad tersebut ditemukan.

“Teknik-teknik telah berkembang sejak penggalian,” katanya, seraya menambahkan bahwa proyek interdisipliner ini merupakan “analisis ulang terhadap penggalian-penggalian lama dengan menggunakan metode-metode mutakhir.”

Crombé merinci bagaimana kualitas DNA yang cukup baik diambil dari tengkorak wanita tersebut, sehingga memungkinkan terciptanya “rekonstruksi yang sangat rinci.”

Warna kulit, warna rambut, dan warna matanya semuanya didasarkan pada DNA kuno, sementara elemen lain seperti perhiasan dan tatonya didasarkan pada data arkeologi yang diperoleh dari penggalian lain di lembah Sungai Meuse, yang juga memungkinkan mereka untuk membangun gambaran kehidupan sehari-harinya.

Pada salah satu penggalian di bekas perkemahan di tepi sungai, para ilmuwan menemukan peralatan batu, tulang-belulang dari hewan buruan dan sisa-sisa ikan. Menurut Crombé, ini memberikan bukti bahwa orang-orang tersebut hidup berpindah-pindah.