Meski begitu, kebijakan ini tetap berjalan. Bahkan, sebanyak 273 pelajar telah dipulangkan usai menjalani pendidikan karakter Gapura Panca Waluya di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi selama 18 hari.
Vasektomi sebagai syarat bansos
Dedi juga sempat memicu perdebatan soal pernyataannya terkait vasektomi sebagai syarat penerima bantuan sosial (bansos).
“Jangan membebani reproduksi hanya perempuan. Perempuan jangan menanggung beban reproduksi, sabab nu beukian mah salakina,” ujar Dedi, Senin (28/4) dikutip dari Antara.
Pernyataan ini sempat dikritik oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang menegaskan tidak ada aturan mengenai vasektomi sebagai syarat bansos.
“Enggak ada, enggak ada. Enggak ada syarat itu,” kata Cak Imin, Sabtu (3/5).
Menanggapi polemik ini, Dedi mengklarifikasi bahwa tak ada kebijakan vasektomi wajib. Ia menekankan pentingnya program Keluarga Berencana bagi penerima bantuan yang memiliki banyak anak, dengan pilihan metode kontrasepsi yang tidak terbatas pada vasektomi.
“Tidak ada kebijakan vasektomi. Tidak ada. Tidak ada. Tidak ada oenijakan itu. Bisa dilihat media sosial saya,” kata Dedi di kantor Kementerian HAM, Jakarta, Kamis (8/5).
“Para penerima bantuan yang anaknya banyak, diharapkan berkeluarga berencana, dan berkeluarga berencana itu, kalau bisa melakukan laki-laki, dan tidak vasektomi saja. Kan ada yang lain. Ada pengaman,” imbuhnya.
Lanjut ke halaman berikutnya…
Jam Malam untuk pelajar
Baru-baru ini, Dedi menerbitkan Surat Edaran Gubernur nomor 51/PA.03/Disdik yang menetapkan jam malam bagi pelajar dari pukul 21.00 hingga 04.00 WIB pada Jumat (23/5). Namun, ada pengecualian yakni dalam kondisi darurat atau bencana, sedang bersama orang tua/wali, atau mengikuti kegiatan yang diketahui orang tua/wali.