Ia mengingatkan agar konten-konten yang dibuat mempertimbangkan proporsionalitas, profesionalisme, dan kepentingan semua pihak.

“Jangan sampai memang kesannya terlalu kelihatan agenda setting-nya, framing-nya. over publicity, over apapun seperti itu tidak baik bagi Kang Dedi juga,” katanya.

Agung menegaskan bahwa komunikasi publik yang sehat harus bersifat dialogis dan tidak menutup ruang bagi masukan.

“Harapan saya kedepannya, bukan hanya soal kontennya, tapi juga bisa berkolaborasi dengan media lain atau para pihak yang selama ini concern di situ. Karena kan komunikasi itu harus dua arah. Apa yang dilakukan Kang Dedi ini kan searah, monolognya. Nah, enggak bisa. Kalau dia pejabat publik, dia harus dua arah. Ada stakeholder terkait yang harus dia rangkul,” pungkasnya.

Dalam 100 hari pertamanya, Dedi Mulyadi tampil dengan gaya kepemimpinan yang agresif, populis, dan penuh gebrakan. Sejumlah programnya menarik dukungan, tapi tak sedikit pula yang menimbulkan kontroversi dan kritik tajam dari lembaga-lembaga negara maupun organisasi sipil.

Kebijakan Dedi Mulyadi Picu Kontroversi