Korban luka-luka Junite Zanambani 21 tahun (tertembak dibangian lengan), Minus Jegeseni 5 lima tahun (tertembak di bagian telinga), Nopen Wandegau 36 tahun (tertembak di tangan), Ka Pogau 25 tahun, dan Jubelina Kogoya 25 tahun (luka-luka saat penyisiran).

Pdt. Dr. Benny Giay melanjutkan, kampung yang warganya mengungsi ke Distrik Sugapa, ibu kota Intan Jaya akibat kontak senjata adalah Kampung Titigi, Ndugusinga, Jaindapa, Sugapa Lama, Hitadipa, Janamba, Soagama.

“Pos TNI Kesatuan Habema di Intan Jaya, saat ini berlokasi di antara kampung Jaindapa dan Zanamba dan Pos lainnya berada di kampung Titigi di Gereja Paroki (Katolik),”ucapnya.

Sejak 13 Mei 2025, sudah ada bantuan tempat tinggal dan makanan dari pemerintah daerah. Namun sebagian besar warga Intan Jaya ingin mengungsi ke Nabire. Akan tetapi keinginan itu ditolak oleh pemerintah daerah. Warga malahan disuruh kembali ke kampung masing – masing.

DGP merekomendasikan kepada pemerintah harus menjamin tidak ada pos-pos militer di kampung warga, agar ada jaminan atas keselamatan masyarakat jika mereka diminta kembali ke kampungnya.

“Surat terbuka ini kami sampaikan untuk kepentingan umat kami, yang sedang dihabisi dan terhabisi di depan rumahnya, di halaman gerejanya, di kebunnya, dan di atas atas tanah leluhurnya di seluruh pelosok Tanah Papua, khususnya di Intan Jaya dan daerah-daerah konflik lainnya di Papua hari ini,”katanya.

Ia berharap,Presiden Prabowo Subianto mendengar, melihat, dan segera menghentikan segala militerisme di wilayah Intan Jaya, dan daerah-daerah lainnya di seluruh Tanah Papua.