Ajakan Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid kepada pemuda untuk menjadi pelopor teknologi bukan sekadar retorika, melainkan sebuah kebutuhan mendesak dalam menghadapi era transformasi digital. Dengan pesatnya perkembangan teknologi global, Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar, tetapi harus mampu menciptakan inovasi dan produk digital sendiri agar bisa bersaing di tingkat internasional.
Fakta menunjukkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 200 juta pengguna internet, dan mayoritasnya adalah anak muda. Ini menjadi potensi besar dalam membangun ekosistem digital yang mandiri dan berdaya saing. Program Digital Talent Scholarship dan Startup Digital yang disebutkan Meutya Hafid merupakan langkah strategis untuk membangun kapasitas pemuda agar mereka siap menghadapi tantangan industri digital.
Kolaborasi dengan organisasi kepemudaan seperti Pemuda Katolik juga patut diapresiasi. Program Pemuda Penggerak Transformasi (PETRA) Digital serta pengembangan Aplikasi Desa Terhubung menunjukkan bahwa anak muda tidak hanya siap beradaptasi, tetapi juga memiliki inisiatif dalam menciptakan solusi berbasis teknologi untuk berbagai permasalahan di masyarakat. Keterlibatan aktif pemuda dalam inovasi digital dapat mempercepat inklusi teknologi di berbagai sektor, terutama di daerah-daerah yang masih kurang terjangkau oleh infrastruktur digital.
Namun, transformasi digital tidak hanya berbicara tentang penguasaan teknologi, tetapi juga tentang literasi digital dan keamanan informasi. Tantangan utama yang masih dihadapi adalah maraknya penyebaran hoaks serta rendahnya pemahaman sebagian masyarakat terhadap penggunaan teknologi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, program literasi digital harus semakin diperkuat agar pemuda tidak hanya menjadi pengguna yang cerdas, tetapi juga agen perubahan dalam membangun ekosistem digital yang sehat dan berkelanjutan.