Dimas Kurniawan anggota Komunitas Pecinta Alam Gita Buana Club (GBC) dalam orasinya menyampaikan bahwa dalam mengatasi isu krisis iklim yang berdampak serius pada masyarakat pesisir di Kuala Tungkal, kami melihat bahwa bencana ini sudah di depan mata dan sudah kita rasakan bersama semua makhluk yang hidup di atas bumi kita, banyak sekali yang sudah dirasakan.
“Maka dari itu melalui aksi pembentangan spanduk dengan arum jeram dan rafling, bersama mapala pamsaka dan mapala caldera kami menyoroti masalah banjir rob dan abrasi/erosi yang semakin parah akibat perubahan iklim dan penumpukan sampah, karena jika hal ini berlanjut maka hari ini kita sedang menghitung mundur tenggelamnya kuala tungkal dengan ekosistem pesisirnya yang penting bagi kehidupan.
Kemudian terkait aksi ini bahwa juga pentingnya keterlibatan gender dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak lingkungan, Perempuan sering kali menjadi garda terdepan dalam pengelolaan sumber daya alam dan memiliki peran krusial dalam membangun kesadaran komunitas.
“Dengan aksi ini lanjut ‘Dimas kami berharap pemerintah Tanjung Jabung Barat dapat lebih responsif terhadap isu-isu lingkungan dan mendorong kolaborasi antara masyarakat dan pihak berwenang untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Kesadaran kolektif dan tindakan nyata sangat diperlukan untuk melindungi lingkungan kita demi generasi mendatang. Tutup Dimas”
Iqbal Kurniawan Selaku Ketua Umum Mapala Caldera Fakultas Pertanian Universitas Jambi (Unja) menambahkan, bahwa melalui aksi nyata dan edukasi yang terarah, aliansi organisasi pecinta alam provinsi Jambi dapat berperan aktif dalam melindungi dan melestarikan sungai.