“Kita melihat kuala tungkal adalah wilayah pesisir yang dikelilingi oleh sungai dan lautan sehingga ancaman serius kedepanya jika tidak ada yang merespon persoalan ini dampaknya akan serius, juga beberapa wilayah yang terendam bahkan mau tidak mau harus pindah dari tempat tinggalnya karena tidak bisa lagi diselamatkan dari lajunya abrasi, bahkan banjir rob yang dirasakan masyarakat sendiri beberapa tahun kebelakang ini semakin parah karna volume air laut semakin tinggi terus juga diperparah dengan penumpukan sampah di tepi sungai yang semakin tinggi.
Maka dari itu dengan penyampaian aksi ini diharapkan kita semua bisa melihat ini dan pemerintah Tanjung Jabung Barat Khususnya bisa lebih terbuka lagi terkait persoalan krisis iklim ini, karna penyelesaian persoalan ini perlu kesadaran dan kolaborasi antara Masyarakat dan pemerintah ataupun pihak yang berwenang. Tutup Riyono (tole)”
Sementara itu, Maya Estianti sepaku Koordinator Aksi ini mengungkapkan bahwa krisis iklim menjadi sebuah masalah yang kompleks dan menimbulkan ketidakadilan sosial bahkan ekonomi.
Menurut dia kelompok masyarakat yang berkontribusi terhadap penyebab krisis iklim adalah mereka yang paling rentan dan paling merasakan dampak dari krisis iklim itu sendiri.
“Isu yang paling penting di sini adalah social injustice. Kenapa ini penting? Kalau kita melihat agenda-agenda global hari ini, semua orang bicara tentang perubahan iklim dan sebagainya, tetapi kita melihat bagaimana proses dari adaptasi perubahan iklim itu sendiri, yang dipercepat oleh ulah manusia itu sendiri. ujar maya”

