Dalam workshop ini, siswa-siswi membawa tiga jenis sampah yang ditemukan di rumah mereka ke sekolah. Selama kegiatan, mereka akan mengidentifikasi jenis sampah yang dibawa, termasuk klasifikasinya, lama terurai, dampaknya terhadap lingkungan, dan cara pengolahannya. Selain itu, siswa-siswi akan belajar memilah sampah menggunakan kartu pilah sederhana, yang mencakup sampah organik seperti sisa makanan, sayuran, dan kulit buah, sampah anorganik seperti plastik, logam, dan kaca, serta sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti baterai dan lampu.
Yuli Efriani, pendiri komunitas Seabolga dan sekaligus pemateri, mengatakan bahwa antusiasme siswa-siswi sangat tinggi. Mereka aktif berdiskusi, berpartisipasi dalam sesi tanya jawab, dan sangat bersemangat untuk memilah sampah serta membawa sampah dari rumah. Yuli juga mengatakan bahwa perubahan yang terlihat setelah pelaksanaan SGTS di MIN 12 Tembung adalah adanya pengadaan tempat sampah di sekolah tersebut. “Kami berharap bisa rutin ke sana untuk mendampingi adik-adik melanjutkan target untuk menjadi sekolah hijau,” harapnya.
Yuli juga menambahkan bahwa mereka sangat berterima kasih kepada Komunitas Seabolga yang telah hadir. Hal ini terlihat dari semangat setiap siswa dan kelompok yang diminta untuk membuat kata-kata harapan, serta antusiasme mereka dalam belajar tentang pemilahan sampah. “Dengan adanya kegiatan ini, kami ingin adik-adik menyadari pentingnya memilah sampah dari sekolah, dari rumah mereka, dari diri mereka. Hal pertama sebelum melakukan pengelolaan sampah adalah memilah sampah terlebih dahulu, karena dipilah itu penting untuk kemudian tetap menjaga value atau nilai dari sampahnya sehingga dapat di daur ulang,” ujarnya.